POLA PENDIDIKAN ISLAM PADA PERIODE DINASTI UMAYYYAH
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pembentukan Dinasti Bani Umayyah
Muawiyah
adalah pendiri dinasti umayyah, ia merupakan putra dari Abu Sufyan ibn Harb ibn
Umayyah ibn Abdu Syam ibn Abd Manaf. Ibunya adalah Hindun binti Utbah ibn
Rabiah ibn Abd Syam ibn Abd Manaf. Sebagai keturunan abdul manaf, Muawiyah
mempunyai hubungan kekerabatan dengan nabi Muhammad. Ia masuk islam pada hari
penaklukan kota Mekah (Fathul Mekkah) bersama penduduk kota Mekkah lainnya.
Ketika itu Muawiyah berusia 23 tahun.[1]
Rasulullah
sangat ingin sekali mendekatkan orang yang masuk islam diantara
pemimpin-pemimpin keluarga ternama kepadanya, hal ini dilakukan agar perhatian
mereka terhadap islam terjamin dan ajaran islam itu benar-benar tertanam di
dalam hati mereka. Oleh karena Rasulullah berusaha agar Umayyah menjadi lebih
akrab kepadanya.
Muawiyah
diangkat menjadi anggota sidang penulis wahyu. Muawiyah banyak meriwayatkan
hadis baik yang langsung berasal dari Rasul atau dari sahabat terkemuka maupun
dari saudara perempuannya, yaitu Habibah binti Abu Sufyan (ia salah seorang
istri Rasulullah), Abdullah ibn Abbas, Said ibn Musayyab, dan lain-lainnya.[2]
Pada
saat khalifah Abu Bakar memerintah, Yazid ibn Abu Sufyan saudara Muawiyah
diangkat menjadi panglima di salah satu dari empat divisi yang dikerahkan
khalifah Abu Bakar untuk menaklukan daerah kota Syam. Setelah penaklukan itu,
muawiyah dikirim untuk memimpin tentara bantuan untuk Yazid. Muawiyah bertempur
di bawah pimpinan saudaranya, dan ia memimpin lascar islam dalam penaklukan
kota Sidon, Beirut, dan lainnya yang terletak di pantai Damaskus.
Setelah
kaum muslimin mencapai kemenangan pada masa khalifah Umar, Yazid ibn Abu Sufyan
diangkat menjadi Gubernur Yordania. Ketika Yazid meninggal dunia, khalifah umar
menggabungkan daerah Damsyik dalam
wilayah kekuasaan Muawiyah. Muawiyah dikenal sebagai seorang pemimpin yang
berkepribadian kuat,jujur, serta ahli dalam bidang politik. Hal inilah yang
meyebabkan khalifah Umar suka dan sayang kepadanya.
Dinasti umayyah berkuasa selama 91 tahun (41-132
hijriah atau 661-750 masehi). Dengan 14 orang khalifah yang dimulai Umayyah ibn
Abu Sufyan dan diakhiri Marwan ibn Muhammad sebagaimana yang ada pada bagan di
bawah ini.
A. Situasi Politik Sosial &
Keagamaan Pada Dinasti Umayyah
Kekhalifahan
Bani Umayyah didirikan oleh Muawiyah bin Abi Sufyan pada tahun 41 hijriah dan berakhir
pada tahun 132 H. Dengan demikian bani umayyah berkuasa lebih kurang 91 tahun.
Para ahli sejarah umumnya mencatat bahwa proses berdirinya kekhalifahan Bani
Umayyah diperoleh melalui kekerasan, diplomasi, dan tipu daya, tidak melalui
pilihan secara demokratis berdasarkan suara terbanyak. Nama-nama khalifah bani
umayyah yang tergolong menonjol adalah muawiyyah
Ibn Abi Sufyan (661-680), Abd Al- Malik Ibn Marwan (685-705 M), AL walid
ibn Abd Al Malik (705-715 M), Umar in Abd al-Aziz (717-720 M), dan Hisyam ibn
Abd Al- Malik (724-743 M).
Masa
kekhalifahan Bani Umayyah selain banyak diisi dengan program-program besar,
mendasar, strategis, juga banyak melahirkan golongan dan aliran dalam islam,
serta perkembangan ilmu agama, ilmu umum, kebudayaan dan peradaban.[1]

-
Tunisia dapat ditaklukan
-
Muawiyah dapat menguasai daerah Khurasan
sampai ke sungai Axus dan Afghanistan hingga ke Kabul.
-
Angkatan lautnya melakukan
serangan-serangan ke ibu kota Bizantium dan Konstantinopel.
-
Muawiyyah mendirikan dinas pos dan
tempat-tempat tertentu dengan menyediakan kuda yang lengkap dengan peralatannya
di sepanjang jalan.
-
Beliau juga berusaha menertibkan
angakatn bersenjata dan mencetak mata uang.
-
Dan pada masanya juga jabatan khusus
seorang qadli adalah seorang spesialis
di dibidangnya.

-
Beliau menunudukkan Balkh, Bukhara,
Khawariz, Freeghana, dan Samarkand.
-
Tentaranya bahkan sampai ke India dan
dapat menguasai Balukhistan, Sind, dan daerah Punyab sampai ke Maltan.
-
Beliau dapat mengubah mata uang
Bizantium dan Persia yang dipakai di daerah-daerah yang dikuasai islam.
-
Berhasil melakukan pembenahan-pembenahan
administrasi pemerintahan dan memberlakukan bahasa arab sebagai bahasa resmi
administrasi pemerintahan islam.

-
Pemerintahannya tercatat suatu ekspedisi
militer dari Afrika Utara menuju wilayah barat daya, benua eropa, yaitu pada
tahun 711 M.
-
Berhasil menundukkan al-Jazair dan
Maroko
-
Berkemampuan melaksanakan pembangunan
panti-panti untuk orang cacat yang para petugasnya digaji oleh Negara.
-
Membangun jalan raya yang menghubungkan
suatu daerah dengan daerah lainnya, pabrik, gedung, pemeritahan, dan masjid
yang megah.

-
Beliau mulai dengan menyerang Bordeau,
Politiers, dan terus Tours. Namun dalam peperangan yang terjadi di kota Tours,
al-Ghafiqi terbunuh , dan tentaranya mundur kembali ke Spanyol.
-
Memperbaiki dan meningkatkan negeri yang
berada dalam wilayah islam lebih baik daripada menambah perluasannya.
-
Beliau juga berhasil menjalin hubungan
baik dengan golongan syi’ah.
-
Memberi
kebebasan kepada penganut agama lain untuk beribadah sesuai dengan
keyakinan dan kepercayaannya.
-
Pajak diperingan, dan kedudukan Mawali
(umat islam yang bukan keturunan Arab, berasal dari Persia, dan Armenia),
disejajarkan dengan Muslim Arab.

-
Berhasil
menanganinya, dan menyebabkan kekhalifahan Umayyah berlanjut sebagai sebuah
negara.
-
Hisyam merupakan pelindung seni yang
besar, dan ia kembali mendorong berkembangnya seni di negaranya
-
Beliau
juga mendorong pengembangan pendidikan dengan
membangun banyak sekolah.
B. Ciri-Ciri Umum Pendidikan Pada Masa
Umayyah
Pada uraian-uraian
terdahulu telah dibicarakan secara sepintas tentang pendidikan yang dilalui oleh
kaum Muslimin pada masa kebangkitan yaitu masa Rasul, khulafaur rasyidin hingga
masa
umayyah. Untuk
melengkapi uraian tersebut dapat dilihat
ciri-ciri pendidikannya sebagaimana yang akan dijelaskan pada keterangan
berikut ini.[2]
Seperti yang telah diuraikan
bahwa ciri pendidikan yang terpenting pada masa ini adalah :
ü Pendidikan Arab islam yang murni
ü Bertujuan
memantapkan dasar-dasar agama
ü Berpegang
kepada ilmu naqliyah dan lisaniyah.
ü Berkomunikasi
dengan bahasa tulisan
ü Keluasan
untuk mempelajari bahasa asing
ü Pendidikan
terpusat pada Maktab, Masjid, dan Al kutab.
1. Pendidikan
Arab Islam Yang Murni
Periode
yang terentang dari awal lahirnya Islam sampai dengan akhir kerajaan Umayyah
ditandai dengan Islamiyah dan Arabiyah yang murni. Hal ini berpangkal pada
kemenangan Arab sedangkan unsur-unsur islam belum sempat membudaya secara
sempurna seperti unsur arab yang
mengahadapi hukum, politik, agama, dan kebudayaan dengan segala ekstensinya.
2. Bertujuan
Memantapkan Dasar-Dasar Agama
Salah
satu tujuan pendidikan pada masa ini adalah untuk pengembangan agama dan
ajaran-ajarannya. Apalagi pada masa ini ditandai dengan penaklukan-penaklukan
islam sebagai upaya untuk pengembangan
risalah islam di permukaan bumi. Oleh karena itu pendidikan islam diarahkan
untuk memantapkan dasar-dasar agama.[3]
3. Berpegang
Kepada Ilmu Naqliyah dan Lisaniyah
Pada
masa ini pendidikan islam sangat mengutamakan ilmu-ilmu Naqliyah yaitu
dalil-dalil agama yang bersumberkan kepada wahyu semata seperti Qiraat, Tafsir,
Hadits, Fiqih dan sebagainya. Untuk bisa menyajikannya kepada masyarakat sangat
diperlukan ilmu bahasa Nahwu, Sharaf,
dan sebagainya. Maka ilmu Naqliyah-Lisaniyah ini adalah modal utama
untuk mengembangkan pendidikan islam dan dakwah islamiyah ke seluruh pelosok
dunia.
4. Berkomunikasi
Dengan Bahasa Tulis
Selain
pemakaian pidato-pidato sebagai alat komunikasi pendidikan, lahir pula bahasa
tulis sebagai alat komunikasi kedua, yang sebelumnya masih belum
dikenal.kedatangan islam merupakan suatu factor yang melahirkan perhatian
terhadap tulisan. Pentingnya tulis menulis ini mula pertama dirasakan pada
waktu Rasulullah menerima wahyu dan menganjurkan kepada para sahabatnya agar
wahyu itu ditulis agar terjaga keasliannya.
5. Memberi
Keluasan Mempelajari Bahasa-Bahasa Asing
Walaupun
masih terbatas sekali, tetapi kepentingan mempelajari bahasa-bahasa asing telah
dirasakan kegunaannya sajak permulaan islam. Ini adalah karena perhubungan kaum
Muslimin dengan daerah-daerah lain. Nabi Muhammad s.a.w telah menganjurkan
kepada beberapa orang sahabatnya untuk mempelajari bahasa-bahasa non-Arab
karena tuntutan keperluan pengembangan islam itu sendiri.
6. Pendidikan
Terpusat Pada Kuttab dan Masjid
Lembaga
pendidikan islam pada masa ini terpusat pada Al kuttab dan masjid-masjid.
Madrasah pada masa itu belum ada, sedangkan maktab-maktab belum begitu penting.
Kuttab dan masjid mempunyai peran penting dalam pendidikan islam, bahkan pada
masa-masa berikutnya lembaga-lembaga pendidikan seperti ini masih terus
berkesinambungan.[4]
C. Keadaan
Pendidikan Pada Masa Dinasti Umayyah
Pada uaian tentang
situasi politik, social, dan keagamaan di zaman bani Umayyah sebagaimana tersebut
diatas belum menyinggung masalah pendidikan.
Dengan adanya wilayah yang luas dan penduduk yang makin besar selain
membutuhkan sandang, pangan dan papan, juga membutuhkan keamanan, kesehatan,
dan pendidikan.
Berbagai sumber
menyebutkan keadaan pendidikan di Zaman Bani Umayyah sebagai berikut :
1.
Visi, Misi, Tujuan Dan Sasaran
Visi pendidikan di
zaman Bani Umayyah secara eksplisit tidak di jumpai. Namun dari berbagai petunjuk
bisa diketahui bahwa visinya dalah unggul dalam ilmu agama dan umum sejalan
dengan kebutuhan zaman dan masing-masing wilayah islam.
Adapun misinya antara
lain :
·
Menyelenggarakan pendidikan agama dan
umum secara seimbang.
·
Melakukan penataan kelembagaan dan
aspek-aspek pendidikan islam.
·
Memberikan pelayanan pada seluruh
wilayah islam secara adil dan merata.
·
Menjadikan pendidikan sebagai penopang
utama kemajuan wilayah islam.
·
Memberdayakan masyarakat agar dapat
memecahkan masalahnya sesuai dengan kemampuannya sendiri.[5]
Adapun tujuannya adalah
mengahasilkan sumber daya manusia yang unggul secarav seimbang dalam ilmu agama
dan umum sera mampu menerapkannya begi kemajuan wilayah islam.
Sedangkan yang menjadi
sasrannya adalah seluruh umat atau warga yang terdapt seluruh wilayah kekuasaan
islam, sebagai dasar bagi dirinya dalam membangun masa depan yang lebih baik.
Visi, misi, tujuan dan
sasaran pendidikan tersebut diatas secara eksplisit atau tertulis tentu belum
ada . namun dari segi kebijakannya secara umum serta hasil-hasil yang yang
dicapai oleh dinasti ini mengandung visi, misi, tujuan dan sasaran tersebut di
atas.
Sejarah mencatat, bahwa
pada Masa Umayyah telah dilakukan hal-hal sebagai berikut :
·
Melakukan pemisahan antara kekuasaan
agama dan kekuasaan politik
·
Melakukan pembagian kekuasaan ke dalam
bentuk provinsi.
·
Membentuk organisasi dan lembaga-lembaga
pemerintahan dalam bentuk departemen.
·
Membentuk organisasi keuangan yang
terpusat pada Baitul Mal yang diperoleh dari pajak tanah , perorangan dan dan
non-muslim, serta pencetak mata uang.
·
Membentuk organisasi kehakiman.
·
Membentuk lembaga soaial dan budaya.
·
Membentuk bidang seni dan sastra dengan
menggunakan bahasa Arab.
·
Membentuk lembaga seni rupa.
·
Membentuk lembaga arsitektur.
Terjadinya berbagai
kemajuan tersebut dipastikan karena didukung oleh tersedianya sumber daya
manusia (SDM) yang memilki wawasan ilmu pengetahuan, keterampilan, keahlian
teknis, dan pengalaman yang dihasilkan melalui proses pendidikan dalam arti
yang luas. Sejarah mencatat, bahwa disamping melakukan ekspansi teritorial,
pemerintahan dinasti Umayyah juga menaruh perhatian dalam bidang pendidikan.
Memberikan dorongan yang kuat terhadap kemajuan dunia pendidikan dengan
menyediakan sarana dan prasarana. Hal
ini dilakukan dengan tujuan agar para ilmuan, para seniman, para ulama dapat
mengembangkan bidang keahliannya masing-masing serta mampu melakukan kaderisasi
ilmu.[6]
2.
Kurikulum
Kurikulum pendidikan
pada Dinasti Umayyah meliputi :
a.
Ilmu pengetahuan bidang agama yaitu,
segala ilmu yang bersumber dari Alquran, hadits, dan fiqih.
b.
Ilmu pengetahuan bidang sejarah &
geografi yaitu, segala ilmu membahas tentang perjalanan hidup, kisah, dan
riwayat.
c.
Ilmu pengetahuan bidang bahasa yaitu,
segala ilmu yang mempelajari bahasa, nahwu, sharaf, dan lain-lain.
d.
Ilmu pengetahuan bidang filsafat yaitu,
segala ilmu yang pada umumnya berasal dari bahasa asing. Seperti ilmu mantiq,
kedokteran, kimia, astronomi, ilmu hitung, dan ilmu lain yang berhubungan
dengan ilmu itu.
Kurikulum pelajaran ini
selanjutnya diatur secara lebih khusus pada setiap lembaga pendidikan. Dengan
demikian, ilmu pengetahuan sudah merupakan satu keahlian, masuk kedalam bidang
pemahaman dan pemikiran yang memerlukan kepada sistematika dan penyusunan.
Golongan yang sudah biasa dengan keahlian ini adalah golongan non-Arab yang
disebut Mawali: golongan yang berasal dari bangsa asing atau keturunannya.
3.
Kelembagaan
Lembaga-lembaga
pendidikan yang berkembang pada zaman Bani umayyah, selain mesjid, kuttab, dan
rumah sebagaimana yang telah ada sebelumnya, juga ditambah dengan lembaga
pendidikan sebagai berikut.
a.Pendidikan
Istana
Pendidikan di istana
bukan saja mengajarkan ilmu pengetahuan umum, melainkan juga mangajarkan tentang kecerdasan, jiwa raga, dan raga anak
. Untuk pendidikan di istana ini misalnya diajarkan tentang Al-Quran ,
al-hadis, syair-syair yang terhormat, riwayat hukama (filsuf), membaca,
menulis, berhitung dan ilmu-ilmu umum lainnya.
b.badiah
Lembaga pendidikan badiah ini muncul sering dapat dengan kebijakan pemerintahan Bani Umayyah untuk melakukan program Arabisasi yang di gagas oleh Khalifah Abdul Malik ibn Marwan. Secara harifah badiah artinya dusun badui di padang sahara yang di dalam terdapat bahasa Arab yang masih fasih dan murni sesuai dengan sesuai dengan kaidah bahasa Arab.
Lembaga pendidikan badiah ini muncul sering dapat dengan kebijakan pemerintahan Bani Umayyah untuk melakukan program Arabisasi yang di gagas oleh Khalifah Abdul Malik ibn Marwan. Secara harifah badiah artinya dusun badui di padang sahara yang di dalam terdapat bahasa Arab yang masih fasih dan murni sesuai dengan sesuai dengan kaidah bahasa Arab.
c.
Perpustakaan
Perpustakaan tumbuh dan berkembang seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan serta kegiatan dan penelitian dan penulisan karya ilmiah. Pada pendidikan dan pengajaran yang berbasis penelitian, perpustakaan memegang peranan yang sangat penting. Ia menjadi jantung sebuah lembaga pendidikan.[7]
Perpustakaan tumbuh dan berkembang seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan serta kegiatan dan penelitian dan penulisan karya ilmiah. Pada pendidikan dan pengajaran yang berbasis penelitian, perpustakaan memegang peranan yang sangat penting. Ia menjadi jantung sebuah lembaga pendidikan.[7]
d.Al-Bimaristan
Al-Bimaristan
adalah rumah sakit tempat berobat dan merawat orang serta sekaligus berfungsi
sebagai tempat melakukan magang dan penelitian bagi calon dokter. Di masa
sekarang al-Bimaristan dikenal dengan
istilah teaching hospital (rumah sakit pendidikan ). Khalid ibn Yazid, cucu
Muawiyah, misalnya sangat tertarik pada ilmu kimia dan kedokteran. Melalui
wewenang yang ada padanya, ia menyediakan sejumlah dana dan memerintahkan para
sarjana Yunani yang ada di Mesir untuk menerjemahkan buku kimia dan kedokteran
kedalam bahasa Arab. Inilah kegiatan penerjemahan pertama dalam sejarah islam.
Tempat untuk melakukan kegiatan keilmuan ini adalah al- Bimaristan. Khalifah
al-Walid ibn Abdul Malik termasuk khalifah yang banyak memberikan perhatian
terhadap al-bimaristan.
4.
Pendidik
Pendidik adalah
seseorang yang tugasnya selain mentransfer ilmu pengetahauan dan nilai-nilai
kepada peserta didik, juga
menumbuhkan,membina,dan mengembangkan bakat,minat,dan segenap potensi yang
dimiliki peserta didik, sehingga menjadi aktual dan terbedayakan secara
optimal. Pendidik pada zaman Bani Umayyah disesuaikan dengan tugas dan
fungsinya pada lembaga pendidikan sebagaimana tersebut di atas, yaitu ada
pendidik yang bertugas di istana, dan ada pula pendidik yang bertugas di badiah, perpustakaan, dan al-Bimaristan.
5. Sarana dan Prasarana
Sarana dapat diartikan
sebagai segala sesuatu yang secara langsung maupun tidak langsung dapat
digunakan untuk mendukung terlaksananya berbagai kegiatan. Dalam kegiatan
pendidikan, sarana yang diperlukan antara lain gedung sekolah, perpustakan,
tempat praktikum, sumber-sumber bacaan, peralatan laboratorium, peralatan
praktikum, peralatan belajar mengajar seperti papan tulis, meja, dan kursi
untuk guru dan murid, alat-alat tulis, gambar, peta, LCD, dan overhead
projector ( OHP ). Adapun yang termasuk prasarana antara lain halaman masjid,
lapangan olahraga, tempat parker, tempat istirahat, kantin, tempat pembayaran
SPP/bank, tempat pelayanan kesehatan/rumah sakit, tempat pertunjukan kesenian/teater, tempat pameran, dan toko
buku.[8]
6.
Pembiayaan
Pembiayaan pendidikan
diartikan sebagai sebagai usaha menyediakan sumber dana, sistem pengelolaan dan
penggunaannya untuk berbagai kegiatan, termasuk pendidikan. Pembiayaan
diperlukan untuk mengadakan atau membeli segala hal yang dibutuhkan untuk
pendidikan, seperti untuk membangun gedung sekolah/ruang belajar mengajar,
membangun gedung perpustakaan, gedung laboratorium, gedung praktikum, gedung
administrasi, gedung pimpinan, pengadaan peralatan belajar mengajar, penggaji
guru dan staf administrasi, pengadaan alat-alat tulis, kegiatan promosi,
penyelenggaraan penerapan, telepon, pengadaan peralatan olahraga, dan kesenian
. Semua hal yang berkaitan dengan kegiatan pendidikan ini membutuhkan
pembiayaan.
7.
Pengelolaan
Pengelolaan pendidikan
dapat diartikan sebagai kegiatan merencanakan (planning), mengorganisasikan (organizing),
melaksanakan (actuating), mengawasi (controling), membina (supervising), dan menilai (evaluating) hal-hal yang berkaitan
dengan seluruh aspek pendidikan: kurikulum, proses belajar mengajar, hasil pembelajaran,
kinerja para guru dan dan staf, pelayanan administrasi pendidikan, dan respons
masyarakat merupakan sesuatu yang dinamis dan mudah dipengaruhi oleh factor dan
keadaan.
8.
Lulusan
Para lulusan pendidikan
dapa diartkan mereka yang telah mengikuti pendidikan pada jenjang tertentu yang
selanjutnya mendapat gelar atau sbutan yang menunjukkan keahliannya, dan
memiliki otorits atas kepercayaan untuk mengajarkan ilmunya. Pada lulusan
pendidikan di zaman Bani Umayyah ini terdiri dari para tabi’in, yaitu mereka
yang hidup dan berguru kepada para sahabat Nabi, atau generasi kedua setelah
sahabat. Dengan demikian , hubungan mereka dengan Rasulullah terletak pada hubungan
mission, gagasan, cita-cita, dan semangat, dan bukan pada hubungan persahabatan
dan perkawinan.
Para lulusan
pendidikan tersebut sesuai dengan
jenjang dan jenis yang mereka ikuti. Dan yang merupakan lulusan yang dari
pendidikan istana, badiah, perpustakaan, rumah sakit , serta ada pula yang
mengajar ilmu-ilmu dasar di mesjid dan kuttab, dan selanjutnya kecerdasan ,
kesungguhan ketabahan , dan keuletannya, ia terus mengembangkan ilmunya secara
autodidak atau selanjutnya menjadi seorang ahli.
Belum ada informasi yang
pasti tentang berapa jumlah lulusan pendidikan zaman Bani Umayyah. Dan pada bagian
ini hanya akan dikemukakan beberapa orang saja yang namanya sering didengar di
kalangan para sarjana dan para pakar studi islam. Mereka itu adalah :
Ø Thawus
bin Kaisan (ahli ibadah atau zahid)
Ø Al-Hasan al-Basri (ahli fiqih dan ahli tasawuf yang
kuat hapalannya)
Ø Muhammad
bin Sirin (ahli fiqih dan perawi hadis dan taat beribadah)
Ø Al-Imam
al-Zuhri (ahli hadis dan hafidz)
Ø Al-Imam
Abu Hanifah (ahli fiqih)
Ø Abdurrahman
bin Amr al-Auza’i (ahli fiqih)
Ø Sufyan
At-Tsauri (ahli hadis dan zahid serta ahli ibadah)
Ø Malik
bin Anas (ahli hadis dan fiqih)
Ø Waqi’
bin al-Jarrah (ahli fiqih)
Ø Yahya
bin Said al-Qaththani (ahli hadis)
Ø Muhammad
bin Idris al-Syafi’i (ahli fiqih)
Ø Yahya
bin Ma’in (ahli haids)
Ø Ahmad
bin Hambal (ahli hadis dan fiqih).[9]
D. Pusat-Pusat
Pendidikan Pada Masa Dinasti Umayyah
Pada masa dinasti
umayyah, islam telah tersebar keberbagai daerah di luar Saudi Arabia, seperti
Syria (syam), Irak, Iran (parsi), Mesir, Maghribi (maroko) dan telah sampai
pula ke Andalusia (spanyol) tahun 711 M.
Dengan tersebarnya
islam keberbagai daerah tersebut maka timbul pulalah pusat-pusat pendidikan
islam, antara lain:
a.
Di kota Makkah dan Madinah (Hijaz)
b.
Di kota Basrah dan Kufah (Irak)
c.
Di kota Damsyik dan Palestina (Syam)
d.
Di kota Fustat (Mesir)
Mahmud
Yunus mengemukakan tentang madrasah-madrasah yang terkenal pada masa Umayyah
dan telah banyak melahirkan ulama.
a.
Madrasah Makkah
Guru
yang pertama yang mengajar di Mekkah sesudah penaklukan kota adalah Muaz bin
Jabal, kemudian Abdullah bin Abbas selanjutnya ia mengajarkan tafsir, fiqh, dan
sastra. Abdullah bin Abbaslah pembangun Madrasah Makkah yang termasyur di
negeri islam.selanjutnya beliau digantikan oleh murid-muridnya dari kalangan
tabi’in, seperti Mujahid bin Jabar, ‘Athak bin Abu Rabah, dan Thawus bin
Kaisan.
Madrasah
Madinah
Di
madinah banyak tinggal sahabat-sahabat Rasul seperti Abu Bakar, Umar bin
Khattab, Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Abdullah bin Umar dan lain-lain,
dan yang bertugas selali menjadi guru adalah Zaid bin Tsabit dan Abdullah bin
Umar. Dari kalangan tabi’in terkenal: Sa’id bin Musaiyab, ‘Urwah bin Zubair bin
Al Awwam.[10]
b.
Madrasah Basrah
Ulama
yang termashur di Basrah ialah Abu Musa Al Asy’ari dan Anas bin Malik. Abu Musa
al As’ary ahli fiqih dan hadits, serta ahli al-quran. Sedangkan Anas bin Malik termashur
dalam ilmu hadits.
c.
Madrasah Kufah
Sahabat
Rasullah yang termasyur di kufah ialah Ali bin Abi Thalib, Abdullah bin Mas’ud,
Ali bin Abi Thalib banyak memusatkan perhatiannya dalam hal-hal politik dan
peperangan. Sedangkan Abdullah bin Mas’ud terjun kedunia pendidikan.
d.
Madrasah Damsyik (Syam)
Setelah
negeri Syam menjadi sebahagian negeri islam, maka Umar bin Khattab mengutus
tiga orang guru agama yaitu: Muaz bin Jabal, ‘Ubaidah dan Abu Dardak.selanjutnya
mereka dilanjutkan oleh murid-muridnya seperti Abu Idris al Khailany, Makhul Ad
Dimasyik, Umar bin Abd Aziz dan Razak bin Haiwah.
e.
Madrasah Fustat (Mesir)
Ulama
yang mula sekali mendirikan madrasah di Mesir ialah Abdullah bin ‘Amr bin ‘As,
kemudian sesudah itu muncullah Yazid bin Abu Habib an Nuby, Abdullah bin Abu
Jakfar bin Rabi’ah. Selanjutnya dilanjutkan oleh Abdullah bin Lahi’ah dan Al
Lais bin Sa’ad.
Berdasarkan uraian di
atas dapat dilihat bahwa para sahabat Nabi itu tersebar ke berbagai kota-kota
islam dan di sana mereka menjadi ulama yang melahirkan pula generasi ulama
berikutnya dan demikianlah seterusnya sehingga estafet keilmuan islam itu
bergulir dari satu generasi ke generasi berikutnya. Perguliran keilmuwan islam
itu tiada lain karena adanya pendidikan islam, dengan demikian terjadilah
transfer ilmu, nilai dan skill dari satu generasi ke generai berikutnya.[11]
[1]
Abuddin Nata, Sejarah Pendidikan Islam,
(Jakarta:Kencana, 2011), h. 127.
[2] Fakhrur rozy dalimunte, sejarah pendidikan islam, (Medan:
Rimbow,1986) h. 35
[3] Ibid. h. 37
[4] Fakhrur rozy dalimunte, sejarah pendidikan islam, (Medan:
Rimbow,1986) h. 42
[5]
Abuddin Nata, Sejarah Pendidikan Islam,
(Jakarta:Kencana, 2011), h. 132.
[6]
Samsul Nizar, (ed.), Sejarah Pendidikan
Islam, (Jakarta: Prenada Media Group, 2007), cet.I, hlm. 58.
[7]
Abuddin Nata, Sejarah Pendidikan Islam,
(Jakarta:Kencana, 2011), h. 136
[8] Ibid. h. 139
[9] Syekh Ahmad Farid, 60 Biografi
Ulama Salaf , (terj) masfuri irham dan asmu’I taman, Min A’lam al-Salaf, (Jakarta:pustaka kautsar, 2006), cet. I.
[10] Haidar putra daulay, sejarah pendidikan islam, (medan.
Diktat, 2012)h. 65
[11] Ibid, h. 37