Mengatur Kehadiran
dan Ketidakhadiran Siswa
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Sekolah
merupakan tempat peserta didik untuk menuntut ilmu dan sekolah dikatakan
berhasil apabila peserta didik ikut berpartisipasi dalam mencari ilmu dengan
baik, yang dimaksud dengan baik disini yaitu peserta didik memperhatikan
tingkat kehadirannya di sekolah.
Kehadiran
dan ketidakhadiran peserta didik sangat menunjang prestasi peserta didik, oleh
karena itu orang tua dari peserta didik harus mengkontrol dan memperhatikan
anaknya agar memperoleh prestasi yang baik, dari segi kehadiran saja dapat
meningkatkan prestasi di sekolah. Selain otang tua, para guru di sekolah pun
juga harus memperhatikan tingkat kehadiran peserta didik yang mereka bina.
Dalam
makalah ini, penulis akan membahas tentang Mengatur Kehadiran dan
Ketidakhadiran Peserta Didik.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Kehadiran dan Ketidakhadiran
Dalam
bahasa ilmiah kehadiran peserta didik biasa disebut dengan istilah presensi
siswa dan ketidak hadiran peserta didik biasa disebut dengan istilah absensi
siswa di sekolah, sedangkan dalam bahasa asing disebut school attendance dan
non school attendance yang artinya ialah kehadiran dan keditak hadiran peserta
didik di sekolah.
Imron
(1994:59) mengartikan kehadiran dan ketidak hadiran sebagai berikut.
Kehadiran
peserta didik di sekolah (school attendance) adalah kehadiran dan keikut
sertaan peserta didik secara fisik dan mental terhadap aktivitas sekolah pada
jam-jam efektif di sekolah. Sedangkan ketidak hadiran adalah ketiadaan
partisipasi secara fisik peserta didik terhadap kegiatan-kegiatan sekolah.
Pengertian
kehadiran di sekolah bukan hanya berarti peserta didik secara fisik ada di
sekolah, melainkan ialah keterlibatan siswa dalam kegiatan-kegiatan sekolah,
seperti di sebutkan dalam “dictionary of education”, good carter: “attendance
at school not merely being bodily presence but incluiding actual participation
in the work and activities of the school” (Tim Dosen AP, 1988:104).
Dari
beberapa defenisi di atas, dapat disimpulkan bahwa kehadiran peserta didik
ialah keikutsertaan peserta didik secara fisik dan mental, serta keterlibatan
mereka dalam kegiatan-kegiatan sekolah. Sedangkan ketidak hadiran peserta didik
bisa di kata, tidak terlibatnya peserta didik dalam kegiatan sekolah.
Pada umumnya
ketidakhadiran siswa dapat
dibagi kedalam tiga bagian: (1) alpa,
yaitu ketidakhadiran tanpa keterangan yang jelas, dengan alasan
yang tidak bisa dipertanggungjawabkan; (2) ijin, ketidakhadiran dengan
keterangan dan alasan tertentu yang bisa dipertanggungjawabkan,
biasanya disertai surat pemberitahuan dari orang tua; dan (3) sakit, ketidakhadiran dengan
alasan gangguan kesehatan, biasanya disertai surat pemberitahuan dari
orang tua atau surat keterangan sakit dari dokter.
B. Sebab-Sebab Ketidakhadiran Peserta Didik
Ada
banyak sumber penyebab ketidakhadiran peserta didik di sekolah. Pertama, ketidakhadiran yang bersumber
dari lingkungan keluarga. Ada kalanya suatu keluarga mendukung terhadap
kehadiran peserta didik di sekolah, dan adakalanya tidak mendukung. Bahkan
dapat juga terjadi, bahwa keluarga justru menjadi perintang bagi peserta didik
untuk hadir di sekolah. Pemecahan atas ketidakhadiran peserta didik yang
bersumber dari keluarga demikian, tentulah lebih ditujukan pada langkah-langkah
kuratif bagi kehidupan keluarga.
Adapun ketidakhadiran menurut Imron (1994:61-62) yang disebabkan atau bersumber dari keluarga adalah sebagai berikut:
Adapun ketidakhadiran menurut Imron (1994:61-62) yang disebabkan atau bersumber dari keluarga adalah sebagai berikut:
1.
Kedua orang tuanya baik ayah maupun ibu, bekerja. Hal demikian bisa terjadi,
mengingat disamping peserta didik tersebut tidak mendapatkan pengawasan
keluarga, juga bisa jadi yang bersangkutan memang disuruh menjaga rumah oleh
kedua orang tuanya.
2.
Ada kegiatan keagamaan di rumah. Kegiatan keagamaan demikian, terutama
pada masyarakat yang religius, bisa menjadikan sebab peserta didik tidak hadir
di sekolah.
3.
Ada persoalan di lingkungan keluarga. Meskipun masalah tersebut tidak
bersangkut paut dengan peserta didik, umumnya juga mempengaruhi jiwa peserta
didik. Misalnya adanya pertengkaran antara ayah dan ibu, bisa menjadikan
penyebab bagi peserta didik untuk tidak hadir di sekolah.
4.
Ada kegiatan darurat di rumah. Kegiatan yang sifatnya darurat, lazim
memaksa anak untuk turut menyelesaikan sesegera mungkin. Hal demikian, bisa
menjadikan penyebab peserta didik tidak dapat hadir di sekolah.
5.
Adanya keluarga, famili dan atau handai taulan yang pindah rumah. Ini
seringkali menjadikan peserta didik untuk turut serta membantu serta
menghadirinya. Tidak jarang, pindah rumah demikian bersamaan dengan hari dan
atau jam sekolah. Pindah rumah memang tidak pernah mempertimbangkan aspek
peserta didik sedang bersekolah ataukan tidak.
6.
Ada kematian. Kematian di dalam keluarga umumnya membawa duka bagi anak. Oleh
karena dukanya tersebut, anak kemudian tidak hadir di sekolah.
7.
Letak rumah yang jauh dari sekolah. Hal demikian tidak jarang menjadikan
peserta didik malas untuk hadir ke sekolah. Terkecuali jika ada
transportasinya. Sungguhpun demikian, jarang juga ketika sudah ada
transportasinya, peserta didik juga masih tetap tidak hadir di sekolah, karena
mungkin waktu itu tidak mempunyai uang ongkos transportasi.
8.
Ada keluarga yang sakit. Pada saat salah seorang anggota keluarga ada yang
sakit, tidak jarang peserta didik dimintai untuk menunggu atau merawatnya,
sehingga menjadi penyebab peserta didik tidak bersekolah.
9.
Baju seragam yang tidak ada lagi. Ini dialami oleh mereka yang secara ekonomi
memang lemah. Tidak seragam ke sekolah dikhawatirkan mendapatkan sangsi,
umumnya peserta didik memilih tidak hadir di sekolah.
10.
Kekurangan makanan yang sehat. Ini terjadi pada peserta didik yang berada di
daerah-daerah kantong kemiskinan.
11.
Ikut orang tua berlibur. Hari libur orang tua yang tidak bersamaan dengan hari
libur sekolah bisa memberi peluang bagi tidak hadirnya peserta didik di
sekolah. Karena, tidak jarang peserta didik mengikuti liburan orang tuanya.
12.
Orang tua pindah tempat kerja. Orang tua yang pindah tempat kerja bisa
menyebabkan anak tidak hadir di sekolah, oleh karena anak kadang-kadang
mengikuti orang tua baik untuk jangka waktu lama maupun untuk jangka waktu
tertentu saja.
Kedua, ketidakhadiran yang
bersumber dari peserta didik itu sendiri. Hal demikian bisa terjadi, terutama
pada peserta didik yang berjiwa labil serta kurang mendapatkan pengawasan dari
orang tua atau keluarga. Adapun ketidakhadiran yang bersumber dari peserta
didik sendiri adalah sebagai berikut:
1.
Lupa tidak bersekolah. Hal ini bisa saja terjadi, mungkin karena tidurnya
terlarut malam sehingga anak didik tersebut bangun kesiangan dan secara tidak
di sengaja peserta didik yang bersangkutan lupa untuk mengikuti mata pelajran
atau tidak hadir di sekolah.
2.
Moralnya tidak baik. Pelajaran moral di sekolah sangatlah berguna bagi peserta
didik yang ingin menimbah ilmu di sekolah, peserta didik yang tidak serius
mengikuti mata pelajaran ini besar kemungkinan pendidikan moralnya tidak begitu
memadai, hal seperti ini dapat mempengaruhi proses belajarnya, karna tidak
sedikit peserta didik yang bolos di karenakan memiliki moral yang tidak baik,
akibatnya peserta didik jadi enggan untuk pergi ke sekolah.
3.
Terjadi perkelahian antar peserta didik. Problem semacam ini tidak jarang di
temukan di lingkungan sekolah, perkelahian diantara peserta didik bisa saja
menyebabkan peserta didik yang bersangkutan tidak dapat mengikuti pelajaran
karena kena skorsing oleh gurunya.
4.
Sakit yang tidak diketahui kapan sembuhnya. Hal ini tidak luput dari kodrat
manusia sebagai makhluk ciptaan tuhan yang maha esa, sakit adalah salah satu
kodrat yang ada pada manusia, tidak menutup kemungkinan peserta didik yang juga
sebagai makhluk ciptaan tuhan juga terkena musibah atau sakit yang tak kunjung
sembuh, sehingga menyebabkan peserta didik tersebut membolos atau tidak masuk
sekolah.
5.
Anggota kelompok peserta didik yang suka membolos. Teman juga pempunyai peran
aktif dalam menumbuhkan moral seseorang yang tinggal di sekitarnya, peserta
didik yang berteman dengan sekelompok anak yang suka membolos, tidak menutup
kemungkinan peserta didik yang bersangkutan juga ikut-ikutan membolos, anak
yang suka membolos bisa saja menarik teman-temanya untuk ikut-ikutan membolos.
6.
Anak itu sendiri yang memang suka membolos. Atau bisa saja seorang peserta
didik yang membolos memang dari peserta didik itu sendiri, kurangnya motivasi
dan bimbingan dari orang tua menyebabkan anak didik yang bersangkutan
enggan untuk pergi ke sekolah.
7.
Prestasinya lemah. Bisa saja peserta didik yang tidak hadir di sebabkan karna
prestasinya yang lemah, yang menyebabkan peserta didik yang bersangkutan tidak
pede atau malu terhadap teman sebayanya.
Ketiga, ketidakhadiran yang bersumber dari sekolah. Sekolah juga dipersepsi oleh peserta didik tidak mendukung terhadap keinginannya. Oleh karena itu, ketidakhadiran mereka di sekolah, dapat juga bersumber dari lingkungan sekolah.
Adapun sumber-sumber penyebab ketidakhadiran peserta
didik di sekolah yang bersumber dari lingkungan sekolah adalah sebagai berikut:
1
Lokasi sekolah yang tidak menyenangkan. Bisa juga peserta didik menjadi jenuh
dan menyebabkan mereka absen sekolah hanya karena di tempat mereka belajar tidak
memenuhi kriteria sekolah yang menyenangkan, sekolah adalah tempat berjalannya
proses belajar mengajar, hal ini memerlukan motivasi untuk menarik hati peserta
didik. Jika sekolahnya tidak menyenangkan, maka kemungkinan mereka enggan untuk
belajar di sekolah itu, karena pada umumnya semua peserta didik lebih senang
jika proses belajar mengajar di sekolah menggunakan metode joyful learning.
2
Program sekolah yang tidak efektif. Hal ini terjadi karena kurikulum yang di
gunakan tidak tepat dalam mendayagunakan program kerja di sekolah. Program
sekolah yang tidak tepat bisa saja mempengaruhi tujuan sekolah dan akibatnya
seperti ini, peserta didik jadi enggan untuk pergi kesekolah.
3
Terlalu sedikit peserta didik yang masuk. Tidak sedikit di suatu sekolah
yang kekurangan pelajar atau peserta didik, hal ini bisa juga berdampak pada
peserta didik tersebut. Terkadang ada sekolah yang peserta didiknya melebihi
batas maksimum, tetapi mereka jarang masuk sekolah, hal ini berakibat buruk
bagi peserta didik yang lain. Karena kemungkinan mereka enggan masuk sekolah
karena sedikitnya peserta didik yang masuk.
4
Biaya sekolah yang terlalu mahal. Masalah ekonomi juga termasuk salah satu
permasalahan yang dapat menghambat proses belajar siswa. Biaya sekolah yang
terlalau mahal akan menjadi beban bagi mereka yang tidak mampu, di Indonesia
sekian banyak peserta didik yang putus sekolah hanya karna telat melunasi
pembayaran di sekolah.
5
Kurangnya fasilitas sekolah. Fasilitas sekolah juga menjadi salah satu faktor
atau media yang di butuhkan untuk memudahkan pembelajaran di sekolah. “Tahun
dua puluhan proses belajar mengajar berbeda dengan sistem sekarang, yang sudah
menggunakan banyak alat modern untuk melangsungkan proses belajar mengajar” Wijaya
(1988:30). Jika fasilitas di sekolah tidak memadai, maka peserta didik merasa
tidak terpenuhi akan kebutuhannya di sekolah. Hal ini dapat mengecewakan
para siswa sehingga menyebabkan mereka enggan untuk pergi ke sekolah.
6
Kurangnya bimbingan dari guru baik secara individual maupun secara kelompok
kepada peserta didik. Peran wali kelas di sekolah sangatlah penting bagi proses
pembelajaran yang berlangsung di suatu sekolah. Selain dapat membantu siswa
dalam menghadapi kesulitan-kesulitan dengan proses belajarnya, hal ini juga
dapat menimbulkan keharmonisan antara peserta didik dengan pendidiknya. Jika
para guru kurang menaruh simpati peserta didiknya, mereka merasa kurang di
perhatikan dan mereka jadi sering membolos karena tidak kerasan di sekolah.
7
Program yang ditawarkan oleh sekolah kepada peserta didik tidak menarik.
Program/tujuan/rencana adalah sesuatu yang harus di perhatikan dalam
persekolahan, dalam proses belajar mengajar kita harus mempunyai tujuan yang
jelas. “dalam pembaharuan pendidikan tidak akan berhasil kalau mengenyampingkan
masalah tujuan” Wijaya (1988:30). Setiap peserta didik memiliki cita-cita di
dalam kehidupannya, jika di suatu sekolah tidak menyediakan program yang dapat
menarik perhatian peserta didik dalam membantu mewujudkan cita-citanya, peserta
didik yang sekolah di suatu lembaga pendidikan ini akan merasa jenuh dan tidak
menutup kemungkinan mereka merasa tidak nyaman di sekolah.
8
Suasana sekolah yang tidak kondusif. Pengaturan tata ruang sekolah yang tidak
sesuai dengan kondisi dan kebutuhan siswa di sekolah sangat berpengaruh pada
kehadiran peserta didik yang bersangkutan, hal ini berkaitan dengan kemauan
para peserta didik yang menginginkan suasana sekolah yang kondusif.
Keempat, ketidakhadiran yang
bersumber dari masyarakat. Sebagai lingkungan pendidikan yang ketiga ,
masyarakat juga menentukan dapat tidaknya, suka tidaknya peserta didik hadir di
sekolah. Imron (1994:63) menyatakan
ketidakhadiran yang bersumber dari faktor masyarakat ini adalah:
1.
Terjadinya peledakan penduduk. Ketidakhadiran di sini, terutama berkaitan
dengan terbatasnya sumber-sumber yang dapat dipergunakan oleh anak untuk hadir
di sekolah.
2.
Keadaan genting di masyarakat. Kegawatan-kegawatan yang terjadi pada masyarakat,
antara lain bisa menjadi penyebab peserta didik tidak hadir di sekolah.
Terutama jika hal demikian dirasakan menakutkan oleh peserta didik.
3.
Kemacetan jalan. Kemacetan demikian, terutama terjadi di kota-kota besar yang
padat arus kendaraannya. Padatnya arus kendaraan ini, erat kaitannya dengan
tidak seimbangnya antara rasio jalan dengan jumlah kendaraan yang ada.
Sementara banyaknya jumlah kendaraan, berkaitan erat dengan tingginya daya beli
masyarakat di satu pihak dan banyaknya permintaan penduduk terhadap sarana
transportasi. Hal demikian akan terasa pada kota-kota yang padat penduduknya.
4.
Adanya pemogokan massal. Pemogokan massal, bisa terjadi pada para pekerja dan
bisa terjadi pada peserta didik di sekolah. Solidaritas yang berbentuk
pemogokan ini bisa menjadikan peserta didik tidak mau hadir di sekolah.
5.
Adanya peperangan. Di negara yang suhu politiknya menghangat, tidak jarang
diwarnai oleh peperangan, baik peperangan antara satu negara dengan negara lain
atau antar masyarakat di suatu negara. Perebutan kekuasaan di suatu negara
sering juga diwarnai oleh peperangan. Pada saat demikian, peserta didik tedak
hadir ke sekolah, karena alasan keamanan.
C.
Pendekatan Peningkatan Kehadiran
Usaha-usaha
yang dapat dilakukan untuk meningkatan kehadiran peserta didik disekolah adalah
dengan melihat kasus per-kasus. Sebab para peserta didik satu sama yang
lainnya,mempunyai masalah-masalah yang berbeda.

Usaha-usaha
yang dapat dilakukan berkenaan berkaitan dengan perbaikan lingkunan
rumah dalam rangka meningkatkan kehadiran peserta didik disekolah Imron
(1994:66) berasumsi sebagai berikut:
- Mengantarkan peserta didik kesekolah tepat pada waktunya. Hal demikian dapat dilakukan oleh orang tua pada kelas-kelas awal di sekolah dasar. Upaya demikian, dapat dilakukan juga oleh sekolah misalnya dengan transportasi sekolah yang tepat waktu dan dapat mengakomodasi peserta didik di sekolah.
- Peserta didik diberi pekerjaan tertentu dan memerintahkan mereka mengumpulkannya kesekolah.
- Orang tua berusaha memantau waktu tidur anaknya agar yang bersangkutan tidur tepat waktu sehingga dapat bangun tepat waktu juga. Dapat juga menyediakan weker agar anaknya bangun pagi-pagi benar sebelum berangkat kesekolah.
- Pengupayakan agar peserta didik memahami sedalam mungkin mengenai tata tertib sekolah.

Usaha-usaha
yang dapat dilakukan berkenaan dengan perbaikan kondisi sekolah imron (1994:66)
menyatakan sebagai berikut:
- Mengunakan tata tertib sekolah sebagai salah satu pendekatan untuk meningkatkan kehadiran peserta didik di sekolah. Peserta didik yang melanggar tata tertip sekolah bisa diberi sangsi sesuai dengan yang ditentukan dan disepakati oleh peserta didik. Pada awal orientasi peserta didik, para peserta didik memang diminta untuk menyepakati kesediaanya untuk mentaati peraturan sekolah dan tata tertib sekolah.
- Memberikan pengertian kepada peserta didik akan arti pentingnya kehadiran mereka.
- Menjadikan kehadiran peserta didik disekolah sebagai prasyarat untuk mengikuti ujian atau kehadiran peserta didik sebagai bagian dari perhitungan nilai ujian di sekolah.
- Memperbaiki kondisi sekolah agar dipersepsi oleh peserta didik sangat menarik.
- Memperlibatkan guru secara aktif dalam upaya peningkatan kehadiran peserta didik.
- Selalu mempresensi peserta didik pada saat awal masuk kelas, baik pada jam-jam pertama maupun pada saat jam-jam setelah istirahat atau pergantian jam. Mereka yang tidak ada pada jam-jam tertentu dicatat pada buku absensi dann digolongkan sebagai peserta yang tidak hadir.

“Perbaikan
terhadap peserta didik sendiri sangat penting, oleh karena yang menentukan
hadir tidaknya mereka sendiri. Usaha yang dilakukan dapat secara preventif,
kuratif dan preservatif” Imron (1994:67). Preventif dalam kamus lengkap bahasa
Indonesia berarti bersifat mencegah atau pencegahan, pencegahan ini bisa di
terapkan dirumah oleh orang tua, di sekolah oleh guru dan juga di lingkungan
mereka tinggal yakni masyarakat. Kuratif dalam kamus ilmiah popular berarti
tindak penyembuhan atau pengobatan sedangkan preservatif dalam kamus ilmiah
popular berarti memelihara, yang berarti memelihara kebiasaan baik yang sudah
terbentuk. Artinya jika ketiga istilah ini sama-sama di terapkan, maka
kehadiran peserta didik dapat di tingkatkan dan ketidakhadiran peserta didik
dapat di kurangi.

Perbaikan
demikian akan dapat dilakukan, manakala ada kerja sama yang erat antara sekolah
dengan masyarakat. Jika sekolah tersebut memang didirikan untuk masyarakat,
maka semestinya masyarakat juga mendukung terhadap keberlangsungan sekolah.
Dukungan tersebut dapat di wujudkan dalam bentuk mendukung terhadap upaya
sekolah. Tidak diperbolehnya para peserta didik memasuki tempat-tempat hiburan
pada saat jam sekolah berlangsung, adalah salah satu manifestasi dukungan yang
patut dikembangkan. Demikian juga meminta keterangan atas peserta didik yang
keluyuran di jalan-jalan pada saat jam sekolah, dapat dilakukan oleh masyarakat
karena hal tersebut mendukung terhadap peningkatan kehadiran peserta didik di
sekolah, Imron (1994:68).
E.
Catatan Kehadiran dan Ketidakhadiran
Peserta
didik yang hadir di sekolah hendaknya di catat oleh guru dalam buku presensi.
Sementara peserta didik yang tidak hadir di sekolah dicatat dalam buku absensi.
Dengan kata lain, presensi adalah daftar kehadiran peserta didik, sementara
absensi adalah buku daftar ketidak hadiran peserta didik. Begitu jam pertama sudah
dinyatakan masuk, serta para peserta didik masuk ke kelas, guru hendaknya
mempresensi peserta didiknya satu persatu.
Selain agar mengenal peserta didiknya, guru
akan mengetahui siapa-siapa diantara peserta didiknya yang tidak masuk sekolah.
Demikian juga pada jam-jam berikutnya setelah istirahat, guru perlu mempresensi
kembali, barang kali ada peserta didiknya yang pulang sebelum waktunya. Tidak
jarang, peserta didik pulang sebelum waktunya, hanya karena sudah merasa sudah
dinyatakan masuk melalui presensi pada jam pertama, Imron (1994:68).
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari
uraian diatas dapat simpulkan sebagai berikut :
- Dari beberapa defenisi di atas, dapat disimpulkan bahwa kehadiran peserta didik ialah keikutsertaan peserta didik secara fisik dan mental, serta keterlibatan mereka dalam kegiatan-kegiatan sekolah. Sedangkan ketidak hadiran peserta didik bisa di kata, tidak terlibatnya peserta didik dalam kegiatan sekolah.
- Ada empat sumber penyebab ketidakhadiran peserta didik di sekolah. Pertama ialah ketidakhadiran yang bersumber dari lingkungan keluarga. Kedua, ketidak hadiran yang bersumber dari peserta didik itu sendiri. Ketiga, ketidakhadiran yang bersumber dari sekolah. Keempat, ketidakhadiran yang bersumber dari masyarakat.
- Usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kehadiran peserta didik di sekolah ialah dapat dilakukan dengan memperhatikan sumber-sumber penyebab ketidakhadiran seperti perbaikan lingkungan rumah, perbaikan lingkungan sekolah, perbaikan diri peserta didik sendiri dan peerbaikan lingkungan masyarakat.
- Catatan kehadiran dan ketidakhadiran peserta didik, peserta didik yang hadir di sekolah hendaknya di catat oleh guru dalam buku presensi. Sementara peserta didik yang tidak hadir di sekolah dicatat dalam buku absensi. Dengan kata lain, presensi adalah daftar kehadiran peserta didik, sementara absensi adalah buku daftar ketidak hadiran peserta didik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar