Kamis, 06 Juni 2013

ILMU HADIS



KEIMANAN

A.   Hubungan Iman, Islam, Ihsan, & Hari Kiamat  

v IMAN

1.    Arti iman

Secara bahasa, iman adalah kepercayaan. Dalam kaitan ini, ibnu hajar menjelaskan :

(iman kepada Allah adalah membenarkan tentang wujud Allah, dia bersifat dengan sifat kesempurnaan, maha suci Allah memiliki sifat-sifat kekurangan.)[1]

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dipahami bahwa,
Iman  ialah  mempercayai dengan hati, mengikrarkan dengan lisan dan mengamalkan dengan anggota segala apa yang dibawa Nabi Muhammad saw dari Allah swt.

2.    Rukun iman

Yang wajib kita imani ada 6 perkara :
a.     Iman kepada Allah swt
b.    Iman kepada malaikat-malaikatNya
c.     Iman kepada kitab-kitabNya
d.    Iman kepada utusan-utusanNya
e.     Iman kepada hari kiamat
f.      Iman kepada qadha’ qadarNya

3.    Hal-hal yang meniadakan iman

Ada beberapa hal yang apabila kita lakukan, hilanglah keimanan kita. Antara lain adalah:
a.     Menyembah berhala secara sengaja dan sadar
b.    Menyekutukan Allah dengan makhluk.
c.     Memandang remeh syariat agama dan menghina secara terang-terangan kebenaran islam.
d.    Mencaci, mencela sifat-sifat Allah dan RasulNya
e.     Mengucapkan  kata-kata, atau melakukan sesuatu tindakan, yang mengandung kekafiran atau membawa kemusyrikan.
f.      Sengaja tidak mau mengucapkan dua kalimah syahadat, atau meninggalkan kewajiban-kewajiban agama .
g.    Mengkafirkan orang mukmin, atau bercita-cita ingin jadi orang kafir.
h.    Menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal, dengan sungguh-sungguh.

Hal-hal tersebut di atas, tidak berlaku apabila dilakukan oleh :
a.     Anak-anak dibawah umur
b.    Orang mabuk atau gila
c.     Tidak sadar sebab mengigau
d.    Orang yang dipaksa, sedangkan hatinya masih tetap beriman.
e.     Orang yang mengajar atau menceritakan tentu orang-orang kafir kepada orang lain.


4.    Dalil tentang iman

a.     Firman  Allah:
   
            Artinya:
“wahai orang-orang yang beriman, percaya kalian kepada Allah dan RasulNya, dan kepada kitab yang diturunkan kepada RasulNya dan kita yang diturunkanNya sebelum itu. Barangsiapa yang ingkar kepada Allah, malaikatNya, kitabNya, dan kepada Rasulnya serta hari kemudian, maka sungguh ia telah sesat sejauh-jauhnya kesesatan…”   (An Nisa’ : 136)

b.    Sabda Nabi saw :

Artinya:
“iman ialah hendaknya engkau percaya kepada Allah, malaikat-malaikatNya, kitab-kitabNya, rasul-rasulNya , hari kemudian, dan engkau percaya kepada qadha’ qadarNya, yakni baik dan buruk dari Allah swt.” (H.R. Muslim dari Umar)

5.    Cara beriman

Cara beriman ada 2 macam:
1.    Secara ijmal artinya secara ringkas, tanpa mengetahui dalil-dalilnya.
2.    Sacara tafshiil artinya secara terperinci, dan mengetahiu dalil-dalilnya.

Bagi orang-orang awam yang belum beriman secara ijmal maupun secara tafshiil, tetai hanya mengekor/mengikuti orang lain dalam keimanannya itu, maka disebut “muqolid..”, dan mereka ini tetap menanggung dosa karena tidak mau belajar, walaupun imannya dianggap sah.
v ISLAM

1.    Arti islam

Sewaktu membicarakan tentang definisi islam al maudidi menjelaskan:

“setiap agama didunia ini telah dinamai setelah pendiri dari suatu komunitas atau bangsa itu dilahirkan. Sebagai contoh Kristen diambil dari nama isa yang kudus, buda dari pendirinya Buddha Gautama, Zoroastrian dari pendirinya Zoroaster, jahudi dari bangsa jahudi, yakni dari nama suku Judah ( daerah Judea) di mana ia terbentuk” .[2]

Islam secara bahasa berarti patuh, penyerahan, pengabdian. Dengan demikian, maka muslim adalah orang yang menyerahkan diri, patuh dan hanya mengabdi kepada Allah swt. Karena tunduk dan patuh, maka jadilah seorang muslim itu orang yang selamat.
Sumber ajaran islam adalah Alquran dan Sunnah rasulullah saw. Kedudukan utama Alquran adalah sebagai petunjuk bagi manusia sepanjang masa.
2.    Rukun islam

a.     Mengucapkan 2 kalimat syahadat
b.    Mendirikan sholat 5 waktu
c.     Menunaikan zakat
d.    Mengerjakan puasa dibulan ramadhan
e.     Melaksanakan haji ke baitullah bagi yang kuasa.

Hal itu ditegaskan dalam sebuah hadis nabi :

Artinya:
“dibangun agama itu diatas 5 perkara (sendi dasar) yaitu: menyaksikan bahwa tiada Tuhan yang wajib disembah melainkan Allah, dan menyaksikan bahwasanya nabi Muhammad itu utusan Allah. Dan dirikan sholat, menunaikan zakat, Mengerjakan puasa dibulan ramadhan, melaksanakan haji ke baitullah bagi yang kuasa (mampu) perjalanannya.
3.    Hukum islam

Hukum islam ialah peraturan, UU, ketetapan dan ketentuan- ketentuan yang bersumber  dari kitab Alquran, dan sunnah nabi, baik berupa perintah maupun larangan. Ia meliputi :

a.     Wajib : suatu perintah keras, yang mesti dikerjakan. Siapa yang mengerjakan mendapat pahala, dan yang meninggalkan mendapat dosa.
b.    Sunnah: suatu perintah yang harus dikerjakan. Siapa yang mengerjakannya mendapat pahala, dan yang meninggalkannya tidak mendapat dosa.
c.     Makruh: suatu larangan yang dilanggar tidak berdosa, dan jika dihentikan diberi pahala.
d.    Mubah: suatu yang boleh dikerjakan dan boleh pula ditinggalkan, yakni tidak mendapat pahala dan tidak berdosa.
e.     Haram: suatu larangan keras yang mesti ditinggalkan. Siapa yang mengerjakannya mendapat dosa, dan siapa yang meninggalkan mendapat pahala.

4.    Pembagian hukum-hukum yang pokok

a.     Fardhu : ia sama dengan wajib, yakni berpahala jika dikerjakan dan berdosa jika ditinggalkan. Ia dibagi 2 bagian :
1.    Fardhu ‘ain
2.    Fardhu kifayah

b.    Mandub : yaitu sama pengertiannya dengan sunnah. Disebut juga dengan mustahab. Yakni dianjurkan yang mengerjakan mendapat pahala jika ditinggalkan tidak mendapat dosa. Ia dibagi 2 bagian :
1.    Sunnah muakkad
2.    Ghairu muakkad

c.     Makruh : yaitu suatu yang dianjurkan untuk ditinggalkan, walaupun jika ditinggalkan tidak berdosa juga. Ia dibagi 2 bagian :
1.    Makruh tahrim
2.    Makruh tanzih

v IHSAN

1.    Arti ihsan

Ihsan yaitu hendaknya kamu beribadah kepada Allah seolah-olah kamu melihatNya. Jika kamu tidak melihatNya, maka (wajib yakin) bahwa sesungguhnya ia melihat kamu.

2.    Martabat ihsan

Berdasarkan firman Allah, tentang ihsan diterangkan:


Artinya:
“sesungguhnya  Allah beserta orang-orang yang taqwa dan beserta orang-orang yang berbuat ihsan.   (An Nahl : 128)




Artinya:
“kamu tidak barada dalam suatu keadaan dan tidak membaca satu dari ayat alquran serta tidak melakukan suatu pekerjaaan, melainkan kami menjadikan saksi atas kamu diwaktu kamu melakukannya”.
(yunus :61)

Berdasarkan dalil-dalil diatas, maka dapat disimpulkan bahwa martabat ihsan itu ada 2  yakni tawqa & ikhlas:

a.     Tawqa
Taqwa yaitu mengerjakan segala perintah Allah serta menjauhi semua laranganNya.
b.    Ikhlas
Ikhlas yaitu kita melakukan segala ibadah itu semata-mata karena iman kepada Allah dan karena mengharapkan ridhaNya.

v HARI KIAMAT

1.    Arti Hari Kiamat

Hari kiamat ialah : hari di mana Allah telah memberi  ijin kepada dunia untuk berakhir dan mulainya kehidupan akhirat.

Artinya :

“Dan hari kiamat itu pasti datang, tak ragu lagi dan Allah akan membangkitkan semua orang dari kuburnya”.
(Al Hajj : 7)

2.    Hal-hal yang berhubungan dengan kiamat :

a.     Mati
b.    Soal jawab dalm kubur
c.     Bangkit dari dalam kubur
d.    Berkumpul dipadang mahsyar
e.     Hisab perhitungan
f.      Mizan timbangan
g.    Shirath  jembatan
h.    Syafa’at & telaga
i.      Syurga & neraka

3.    Tanda-tanda datangnya  kiamat :
Tanda-tanda datangnya hari kiamat itu banyak sekali, di antaranya :
a.     Perbandinagn antara laki-laki dengan perempuan berbanding 1-40
b.    Perempuan budak melahirkan tuannya
c.     Orang-orang gunung, miskin dan gembel, bermegah-megahan sebagai orang yang terhormat karena mendapat kedudukan, dan saling berlomba membangun gedung-gedung pencakar langit
d.    Banyaknya fitnah dan kurangnya ilmu agama
e.     Gempa bumi melebihi dari biasanya
f.      Lahirnya dajjal, tukang dusta yang mengaku sebagai Rasul
g.    Keluarnya binatang aneh yang bercakap-cakap dengan manusia
h.    Keluarnya ya’juj dan ma’juj
i.      Keluarnya asap & awan
j.      Terbitnya matahari dari barat
k.    Turunnya isa almasih


Artinya:
Maka tidaklah yang mereka tunggu-tunggu melainkan hari kiamat (yaitu) kedatangannya kepada mereka dengan tiba-tiba, karena Sesungguhnya telah datang tanda-tandanya. Maka Apakah faedahnya bagi mereka kesadaran mereka itu apabila kiamat sudah datang?  (Muhammad : 18)

B.   Berkurangnya iman & islam karena maksiat

1.    Lafal hadis & terjemah
(abu hurairoh ra. Berkata bahwa nabi Muhammad saw bersabda, “Tidak akan berzina seorang pezina sewaktu ia berzina jika ia sedang beriman. Tidak akan meminum khamar seorang mu’min sewaktu ia meminum khamar tersebut dalam keadaan beriman”. Pada riwayat lain disebutkan, “Tidak akan merampas barang beharga seorang sehingga orang membelalakkan mata keapadanya sewaktu merampas ia sedang beriman”.)

Iman bersifat fluktuatif, ia dapat bertambah dan berkurang sesuai dengna ketaatan dan kemaksiatan yang dilakukan oleh orang yang beriman tersebut.
Ini merupakan keyakinan ahli sunnah wal jama’ah dalam keadaan ini. Imam abu hasan berkata:

Artinya:
(imam abu al hasan ali bin khalaf bin baththal al- maliki al- maghribi berkata didalam syarah shahih al bukhari, mazhab jamaah ali sunnah dari komunitas salaf al ummah dan setelahnya mengatakan bahwa “iman itu adalah perkataan dan perbuatan yang dapat bertambah dan berkurang”.)

Ketika seseorang beriman kepada Allah swt. Tentu ia meyakini bahwa segala perbuatannya dilihat dan diawasi oleh Allah swt. Selanjutnya ia juga mempercayai bahwa malaikat akan menjadi saksi atas perbuatannya dan mencatat dua sisi amalnya, amal yang baik & buruk.
Dengan keyakinan ini, maka ia akan selalu merasa segala gerak-geriknya diawasi. Hal ini merupakan kesadaran yang sangat penting bagi seorang mu’min agar selalu sigap segala tipu daya setan yang senantiasa berupaya menjerumuskannya kepda kekufuran dan maksiat.

Orang yang beriman sewaktu melakukan maksiat, maka imannya sewaktu itu berada  pada titik terendah ( lemah). Oleh sebab itu, semakin sering ia melakukan maksiat, maka semakin lemah pula imannya. Iman juga bisa terkikis habis dan tercabut dari diri seseorang, ketika ia murtad dari islam. Karena, frekuensi iman seseorang dapat bertambah dan dapat berkurang sesuai dengan kedekatannya kepada Allah.

Disebabkan iman tersebut dapat bertambah dan berkurang maka seogianya orang yang beriman tetap meningkatkan keimanannya dengan cara mendalami ilmu-ilmu keislaman dan mengamalkannya. Disamping itu, jangan pernah menganggap dosa kecil sebagai hal yang sepele. Syaikh Abdullah at talizi mengatakan bahwa diantara penyebab dosa kecil menjadi dosa besar karena sikap memandang remeh terhadap dosa kecil sehingga ia termasuk orang yang membanggakannya.[3] 
 Imam an- nawawi mengatakan perbuatan dosa kecil yang dikerjakan secara terus menerus dapat menjadi dosa besar. [4]

Perlu untuk diingat, bahwa perbuatan maksiat dan kesalahan merupakan media dan wasilah untuk mendatangkan kesengsaraan dan bencana yang sangat membahayakan. Oleh karena itu, setiap musibah yang menimpa manusia, baik berupa bala, kesengsaraan, maupun apa saja yang dibenci manusia lain dari perbutan itu sendiri.
 

C.   Rasa Malu Sebagian Dari Iman

1.    Lafal hadis dan terjemah

(dari ibnu amar ra. Ia berkata, nabi saw. Berpapasan dengan seorang laki-laki dari kaum anshor yang sedang menasehati saudaranya tentang masalah malu, lalu nabi saw bersabda biarkan dia, karena sesungguhnya malu itu sebagian dari iman.
2.    Penjelasan hadis

Sesungguhnya, malu adalah salah satu sifat manusia yang biasanya muncul karena sikap atau perbuatnnya bertentangna dengan hokum atau norma-norma susila.namun ada rasa malu yang muncul disebabkan minder karena kekurangan yang ada pada dirinya baik itu karena kekurangan fisik atau karena keberadaan atau statusnya., maka hal itu bersifat negative. Sebab, prilaku yang demikian akan membuat nya tidak bersyukur atas nikmat Allah yang lain yang ada pada dirinya. Bahkan sikap tersebut biasa membuatnya frustasi dan buruk sangka kepada ketentuan Allah.
Al- hulaini mengatakan bahwa hakikat malu adalah adanya rasa takut untuk mkukan perbuatan tercela. Sementara itu ibnu hajar al- asqalani mengungkapkan bahwa malu dalam mengerjakan perbuatan yang haram adalah wajib, malu dalam melakukan perbuatan makruh adalah sunnah, dan malu dalam melakukan perbuatan mubah adalah baik menurut adat. Beliau menegaskan perasaan malu seperti itulah yang merupakan yang merupakan cabang iman. [5]


[1] Ibn hajar, juz I. h. 80
[2] Abul a’la maududi, towards understanding islam, (india: the Islamic foundation, 1979), h. 17.
[3] Abdullah at-talizi, asbab al- halaki al- umam wa sunnatillah fi qaum al-mujrimin wa al-munharifin (Beirut: dar al-basya’ir al-islami, 1998), 10.
[4] An-nawawi, syarh shahih muslim (Beirut: tp., tt.), juz II, h. 86-87).
[5] Ibn hajar al-asqalani, fath al-bari (Saudi Arabia: maktabah syamilah, tt.), juz I, h. 75.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar