Empat Pelajaran dari Kisah Nabi Ibrahim AS dan
Keluarganya
Allahu
Akbar 3X Walillahilhamdu.
Jamaah
Shalat Idul Adha Yang Dimuliakan Allah. Puja
dan Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah memberikan
kenikmatan kepada kita sangat banyak sehingga kita sendiri tidak akan mampu
menghitung nikmat-nikmat itu. Karenanya dalam konteks nikmat, Allah Swt tidak
memerintahkan kita untuk menghitung tapi mensyukurinya. Shalawat
dan salam semoga selalu tercurah kepada Nabi kita Muhammad Saw, beserta
keluarga, sahabat dan para pengikut setia serta para penerus dakwahnya hingga
hari kiamat nanti.
Jamaah
Shalat Idul Adha Yang Dimuliakan Allah. Pada
hari yang mulia ini, 10 Dzulhijah 1432 H seluruh umat Islam di seantero dunia
memperingati hari raya Idul Adha atau hari raya qurban. Sehari sebelumnya, 9
Dzulhijah 1432 H, jutaan umat Islam yang menunaikan ibadah haji wukuf di
Arafah, berkumpul di Arafah dengan memakai ihram putih sebagai lambang
kesetaraan derajat manusia di sisi Allah, tidak ada keistimewaan antar
satu bangsa dengan bangsa yang lainnya kecuali takwa kepada
Allah. Dan Hari ini juga kita kembali di
ingatkan kepada kisah seorang kholilulloh kekasih Allah SWT, nabi
Ibrahim as yang Allah uji kecintaannya, antara cintanya kepada keluarga ( nabi
Ismail as dan Siti hajar ) dan cintanya kepada Allah. Alhamdulillah
cintanya kepada Allah melebihi dari segalanya, hal ini membuat kita bahkan nabi
Muhammad SAW harus mengambil pelajaran darinya.Allah berfirman,
قَدْ
كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ
“Sesungguhnya telah ada contoh
teladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia.”
(QS. Al Mumtahanah: 4)
Allahu
Akbar 3X Walillahilhamdu. Jamaah Shalat Idul Adha Yang
Dimuliakan Allah,Minimal ada Empat pelajaran yang
terdapat dari kisah nabi Ibrahim as dan keluarganya:
Pesan
Pertama: Berbaik sangka kepada Allah
SWT Di
dalam kitab; Anbiyaa Allah
( Nabi – Nabi Allah) di
karang oleh Ahmad Bahjat beliau
menjelaskan. Pada suatu hari, Ibrahim as terbangun dari tidurnya.
Tiba-tiba dia memerintahkan kepada istrinya, Siti Hajar, untuk mempersiapkan
perjalanan dengan membawa bayinya. Perempuan itu segera berkemas untuk
melakukan perjalanan yang panjang. Pada saat itu nabi Ismail masih bayi dan
belum disapih. Ibrahim as melangkahkan kaki menyusuri bumi yang penuh
dengan pepohonan dan rerumputan, sampai akhirnya tiba di padang sahara. Beliau
terus berjalan hingga mencapai pegunungan, kemudian masuk ke daerah jazirah
Arab. Ibrahim menuju ke sebuah lembah yang tidak di tumbuhi tanaman,
tidak ada buah-buahan, tidak ada pepohonan, tidak ada makanan, tidak ada
minuman, tempat itu menunjukkan tidak ada kehidupan di dalamnya.
Di tempat itu beliau turun dari
punggung hewan tunggangannya, kemudian menurunkan istri dan anaknya. Setelah
itu tanpa berkata-kata beliau meninggalkan istri dan anaknya di sana. Mereka
berdua hanya dibekali sekantung makanan dan sedikit air yang tidak cukup untuk
dua hari. Setelah melihat kiri dan kanan beliau melangkah meninggalkan tempat
itu.Tentu saja Siti hajar terperangah diperlakukan demikian, dia membuntuti
suaminya dari belakang sambil bertanya“Ibrahim hendak pergi ke manakah engkau?”
Apakah engkau akan meninggalkan kami di lembah yang tidak ada sesuatu apapun
ini?
Ibrahim as tidak menjawab pertanyaan
istrinya. Beliau terus saja berjalan, Siti hajar kembali mengulangi
pertanyaannya, tetapi Ibrahim as tetap membisu. Akhirnya Siti hajar paham bahwa
suaminya pergi bukan karena kemauannya sendiri. Dia mengerti bahwa Allah
memerintahkan suaminya untuk pergi. Maka kemudian dia bertanya,“apakah Allah
yang memerintahkanmu untuk pergi meninggalkan kami? Ibrahim menjawab, “benar“.
Kemudian istri yang shalihah dan beriman itu berkata,” kami tidak akan
tersia-siakan selagi Allah bersama kami. Dia-lah yang telah memerintahkan
engkau pergi. Kemudian Ibrahim terus berjalan meninggalkan mereka.
Allahu
Akbar 3X Walillahilhamdu.
Jamaah
Shalat Idul Adha Yang Dimuliakan Allah.
Lihatlah, bagaimana nabi Ibrahim dan
Siti hajar, mampu berbaik sangka kepada Allah SWT mereka meyakini bahwa selagi
mereka bersama Allah, maka tidak akan ada yang menyengsarakannya, tidak akan
ada yang dapat mencelakainya, tidak akan ada yang dapat melukainya. Bila
kita lihat banyaknya manusia yang frustasi dalam kehidupan ini atau
banyaknya manusia sengsara bukan karena sedikitnya nikmat yang Allah berikan
kepada mereka akan tetapi karena sedikitnya husnu dzon (berbaik sangka)
kepada kebaikan Allah, Padahal nikmat yang Allah berikan lebih banyak dari pada
siksanya. Oleh karena itu kita harus berbaik sangka kepada Allah karena Allah
menjelaskan dalam hadits qudsi bahwa Dia sesuai prasangka hambanya;
Dari Abu Hurairah RA berkata,
bersabda Rasulullah saw.: Allah berfirman:“Aku tergantung pada prasangka
hamba-Ku, dan Aku bersamanya jika ia mengingat-Ku; jika ia mengingat-Ku dalam
jiwanya, maka Aku mengingatnya dalam diri-Ku; dan jika ia mengingat-Ku dalam
lintasan pikirannya, niscaya Aku akan mengingat-Nya dalam pikirannya kebaikan
darinya (amal-amalnya); dan jika ia mendekat kepada-ku setapak, maka aku akan
mendekatkannya kepada-Ku sehasta; jika ia mendekat kepada-ku sehasta, maka aku
akan mendekatkannya kepada-ku sedepa; dan jika ia mendatangi-Ku dengan
berjalan, maka Aku akan menghampirinya dengan berlari. (Hadits riwayat Bukhari
dan Muslim).
Manusia wajib berbaik sangka kepada
Allah apa pun keadaannya. Allah akan berbuat terhadap hamba-Nya sesuai
persangkaannya. Jika hamba itu bersangka baik, maka Allah akan memberikan
keputusan yang baik untuknya. Jika hamba itu berburuk sangka, maka berarti ia
telah menghendaki keputusan yang buruk dari Allah untuknya. Allah tidak akan
menyia-nyiakan harapan hambanya yang berbaik sangka kepada-Nya.
Seorang hamba yang bijak adalah
mereka yang senantiasa berbaik sangka kepada Allah dalam setiap keadaan. Jika
ia diberi kenikmatan, ia merasa bahwa hal ini adalah karunia dari Allah. Ia
tidak merasa dimuliakan dengan kenikmatan duniawi tersebut. Jika ia diuji
dengan penderitaan atau kekurangan, ia merasa bahwa Allah sedang
mengujinya agar ia dapat meraih tempat yang mulia. Ia tidak berburuk sangka
dengan menganggap Allah tidak adil atau Allah telah menghinakannya.
Kita harus belajar kepada Siti hajar
walaupun dia seorang wanita yang baru mempunyai anak bayi, kemudian di
tinggalkan suaminya di padang pasir yang gersang, tetapi dia yakin jika ini
adalah perintah Allah maka Allah tidak akan menyia-nyiakannya. Allah pasti akan
membantunya, kisah ini bukan hanya untuk Siti hajar saja, kisah ini bukan untuk
zaman itu saja, akan tetapi kisah ini akan terus berulang pada setiap zaman
bahwa Allah SWT tidak akan menyia-nyiakan hambanya yang senantiasa berbaik
sangka kepada-Nya dalam segala hal.
Pelajaran kedua: Mencari rezeki yang halal Setelah Ibrahim as meninggalkan istri dan anaknya untuk
kembali meneruskan perjuangannya berdakwah kepada Allah. Siti hajar menyusui
Ismail sementara dia sendiri mulai merasa kehausan. Panas matahari saat itu
menyengat sehingga terasa begitu mengeringkan tenggorokan. Setelah dua hari,
air yang di bawah habis, air susunya pun kering. Siti hajar dan Ismail mulai
kehausan. Pada waktu yang bersamaan, makanan pun habis, kegelisahan dan
kekhawatiran membayangi Siti hajar.
Ismail mulai menangis karena
kehausan. Kemudian sang ibu meninggalkannya sendirian untuk mencari air. Dengan
berlari – lari kecil dia sampai di kaki bukit Shafa. Kemudian dia naik ke atas
bukit itu. Di taruhnya kedua telapak tangannya di kening untuk melindungi
pandangan matanya dari sinar matahari, kemudian dia menengok ke sana kemari,
mencari sumur, manusia, kafilah atau berita. Namun tidak ada sesuatu pun yang
tertangkap pandangan matanya. Maka dia bergegas turun dari bukit Shafa dan
berlari – lari kecil sampai di bukit Marwa. Dia naik ke atas bukit itu,
barangkali dari sana dia melihat seseorang, tetapi tidak ada seorang pun.
Hajar turun dari bukit Marwa untuk
menengok bayinya. Dia mendapati Ismail terus menangis . tampaknya sang bayi
benar-benar kehausan. Melihat anaknya seperti itu, dengan bingung dia kembali
ke bukit Shafa dan naik ke atasnya. Kemudian dia ke bukit Marwa dan naik ke
atasnya, Siti hajar bolak – balik antara dua bukit, Shafa dan Marwa, sebanyak
tujuh kali.
Allahu
Akbar 3X Walillahilhamdu.
Jamaah
Shalat Idul Adha Yang Dimuliakan Allah.
Ada rahasia yang jarang di kupas
dari kejadian ini.. Yaitu kesungguhan Siti hajar dalam mencari air di keluarkan
segala tenaganya bolak balik dari Shafa dan Marwa, walaupun bolak balik dari
Shafa dan Marwa belum mendapatkan air dia terus berusaha. Walaupun akhirnya air
itu ada di dekat anaknya sendiri. Ini memberikan pelajaran kepada kita untuk
bersungguh-sungguh dalam menjemput rezeki dengan mengeluarkan segala kemampuan
yang kita miliki karena Kita di perintahkan bukan Cuma melihat hasil tapi juga
usaha dan tenaga yang kita keluarkan, Rasulullah SAW sangat mencintai
orang-orang yang bekerja keras.
Diriwayatkan bahwa suatu ketika
Rasulullah berjumpa dengan Sa’ad bin Mu’adz Al-Anshari. Ketika itu Rasulullah
melihat tangan Sa’ad yang melepuh, kulitnya gosong kehitaman seperti lama
terpanggang matahari.
Rasulullah bertanya, ‘Kenapa tanganmu
?’
Sa’ad menjawab, ‘ Wahai Rasulullah,
tanganku seperti ini karena aku mengolah tanah dengan cangkul itu untuk mencari
nafkah keluarga yang menjadi tanggunganku,’
Seketika itu, Rasulullah mengambil
tangan Sa’ad dan menciumnya seraya berkata,’Inilah tangan yang tidak pernah
tersentuh api neraka,’
Hikmah dari kisah ini yaitu terdapat
tanggung jawab seorang Sa’ad bin Mu’adz Al-Anshari dalam menafkahi anak dan
istrinya melalui rizki yang halal. Tangan yang semata-mata berada di jalan
Allah SWT dengan penuh keikhlasan dalam menjalankan Amanah.
‘Sesungguhnya Allah mencintai
seorang mukmin yang giat bekerja.’(HR. Thabrani).
Rasulullah SAW bersabda,“Tidaklah
sekali-kali seseorang itu makan makanan lebih baik daripada apa yang dimakannya
dari hasil jerih payahnya sendiri. Dan Nabi Daud AS itu makan dari hasil jerih
payahnya sendiri.” (HR. Bukhari).
Bahkan Allah SWT berfirman:
“Apabila telah ditunaikan shalat, Maka
bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah
banyak-banyak supaya kamu beruntung. (QS. Al-Jumuah: 10)
ayat ini memotivasi kita untuk
bekerja keras, setelah melaksanakan shalat karena dengan bekerja kita akan
mendapatkan rezeki yang halal.
Allahu
Akbar 3X Walillahilhamdu.
Jamaah
Shalat Idul Adha Yang Dimuliakan Allah.
berhati-hatilah terhadap barang
haram yang masuk ke tubuh kita, karena tidaklah tubuh yang di dalamnya ada
barang haram kecuali neraka adalah lebih berhak untuk menjadi tempat
kembalinya. Rasulullah SAW: Wahai Sa’ad, murnikanlah makananmu, niscaya
kamu menjadi orang yang terkabul doanya. Demi yang jiwa Muhammad dalam
genggamanNya. Sesungguhnya seorang hamba melontarkan sesuap makanan yang haram
ke dalam perutnya maka tidak akan diterima amal kebaikannya selama empat puluh
hari. Siapapun yang dagingnya tumbuh dari yang haram maka api neraka lebih
layak membakarnya. (HR. Ath-Thabrani)
Dan juga ketika tubuh termasuki
dengan barang haram maka selama 40 hari amal ibadahnya tidak di terima Allah
akan tetapi dosa – dosa yang diperbuatnya di catat oleh malaikat.
Allahu
Akbar 3X Walillahilhamdu.
Hadirin yang dirahmati Allah SWT
Pelajaran yang ke tiga: Berkorban
untuk Allah SWT,
Ketika
Ismail bertambah besar, hati Ibrahim as tertambat kuat kepada putranya. Tidak
mengherankan karena Ismail hadir di kala usia Nabi Ibrahim sudah tua. Itulah
sebabnya beliau sangat mencintainya. Namun Allah hendak menguji kecintaan
Ibrahim as dengan ujian yang besar disebabkan cintanya itu.
“Maka tatkala anak itu sampai (pada umur
sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku
Sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah
apa pendapatmu!” ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan
kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku Termasuk orang-orang yang sabar”.
(QS. Ash Shaaffat: 102 )
Renungkanlah bentuk ujian yang telah
Allah berikan kepada beliau. Bagaimana kira-kira perasaan Ibrahim as pada saat
itu? Pergulatan seperti apa yang berkecamuk di dalam batinnya? Salah besar jika
ada yang mengira bahwa tidak ada pergulatan pada diri Ibrahim as. Tidak mungkin
ujian sebesar ini terbebas dari pergulatan batin. Ibrahim berpikir,” mengapa?
Ibrahim membuang jauh-jauh pikiran itu. Bukan Ibrahim namanya jikalau beliau
mempertanyakan kepada Allah“mengapa” atau“karena apa“karena orang yang
mencintai tidak akan bertanya mengapa? Ibrahim hanya berpikir tentang putranya,
apa yang harus beliau katakana kepada anak itu, saat beliau hendak
membaringkannya di atas tanah untuk disembelih?
Ibrahim mengambil jalan yang paling
baik, yaitu berkata yang jujur dan lemah lembut kepada putranya, ketimbang
menyembelihnya secara paksa. Lihatlah kepasrahan dan pengorbanan
Ismail dan ayahnya Ibrahim mereka berlomba-lomba untuk mendapatkan cinta Allah.
Mereka berlomba-lomba untuk mendapatkan kasih sayang Allah. Walaupun yang di
korbankan adalah diri Ismail.
Allahu
Akbar 3X Walillahilhamdu.
Jamaah
Shalat Idul Adha Yang Dimuliakan Allah.
Sadarkah kita, bahwa saat ini kita
sedang di ajari oleh seorang anak dan ayahnya tentang makna pengorbanan kepada
Allah dalam segala hal di kehidupan ini,
Kata kurban dalam bahasa Arab
berarti mendekatkan diri. Dalam fiqih Islam dikenal dengan istilah udh-hiyah,
sebagian ulama mengistilahkannya an-nahr sebagaimana yang dimaksud dalam
QS Al-Kautsar (108): 2,
“Maka dirikanlah shalat karena
Tuhanmu dan berkorbanlah“
Akan tetapi, pengertian korban bukan
sekadar menyembelih binatang korban dan dagingnya kemudian disedekahkan kepada
fakir miskin. Akan tetapi, secara filosofis, makna korban meliputi aspek yang
lebih luas.
Dalam konteks sejarah, dimana umat
Islam menghadapi berbagai cobaan, makna pengorbanan amat luas dan mendalam.
Sejarah para nabi, misalnya Nabi Muhammad dan para sahabat yang berjuang
menegakkan Islam di muka bumi ini memerlukan pengorbanan. Sikap Nabi dan para
sahabat itu ternyata harus dibayar dengan pengorbanan yang teramat berat yang
diderita oleh Umat Islam di Mekah ketika itu. Umat Islam disiksa, ditindas, dan
sederet tindakan keji lainnya dari kaum kafir Quraisy. Rasulullah
pernah ditimpuki dengan batu oleh penduduk Thaif, dianiaya oleh Ibnu Muith,
ketika leher beliau dicekik dengan usus onta, Abu Lahab dan Abu Jahal
memperlakukan beliau dengan kasar dan kejam. Para sahabat seperti Bilal
ditindih dengan batu besar yang panas di tengah sengatan terik matahari siang,
Yasir dibantai, dan seorang ibu yang bernama Sumayyah, ditusuk kemaluan
beliau dengan sebatang tombak.
Tak hanya itu, umat Islam di Mekah
ketika itu juga diboikot untuk tidak mengadakan transaksi dagang. Akibatnya,
bagaimana lapar dan menderitanya keluarga Rasulullah SAW. saat-saat diboikot
oleh musyrikin Quraisy, hingga beliau sekeluarga terpaksa memakan
kulit kayu, daun-daun kering bahkan kulit-kulit sepatu bekas.
Allahu
Akbar 3X Walillahilhamdu.
Jamaah
Shalat Idul Adha Yang Dimuliakan Allah.
Pelajaran keempat adalah Mendidik
Keluarga Nabi
Ismail tidak akan menjadi anak yang penyabar jika tidak mendapat pendidikan
dari ibunya dan Siti hajar tidak akan menjadi seorang yang penyabar jika tidak
di didik oleh nabi Ibrahim as. Dan nabi Ibrahim as tidak akan dapat sabar jika
tidak didikan dari Allah SWT melalui wahyuNya. Seorang anak dalam perkembangannya
membutuhkan proses yang panjang, maka peran orang tua dalam membentuk perilaku
yang berakhlaq mulia sangat dibutuhkan, perhatian sempurna kepada anak semenjak
dari masa mengandung, melahirkan hingga sampai masa Kewajiban ini diberikan di
pundak orang tua oleh agama dan hukum masyarakat. Karena seseorang yang tidak
mau memperhatikan pendidikan anak dianggap orang yang mengkhianati amanah
Allah. Sebagian ahli ilmu mengatakan bahwa Allah Swt. Pada hari kiamat nanti akan
meminta pertanggungjawaban setiap orang tua tentang perlakuan mereka kepada
anaknya.
Khatib : ustadz
H. Ikhwan M.A
Tidak ada komentar:
Posting Komentar